“GRB Tool” adalah salah satu boyband yang naik daun saat
ini. Bahkan aku salah satu penggemarnya. Aku adalah seorang cowok. Tapi
kenapa aku menyukai mereka?
Apa aku seorang gei? H*mo? Penyuka sesama?
What?!! BUKAN..!
Namaku adalah Rendi dan aku adalah cowok normal. Aku menyukainya karena kemampuannya dalam ngedance. Cuma sekedar menjadikannya inspirasi karena aku pun hobi ngedance.
Suara mereka memang pas pasan tapi mereka sangat jago dalam ngedance. Kenapa dia mesti menyanyi? Kenapa tidak bikin grup dance aja. Bukankah itu lebih baik? Menutupi kekurangan dengan kelebihan yang dia miliki.
Suatu hari salah satu member mereka mengundurkan diri. Maka manajemen mereka membuka pendaftaran audisi untuk menjadi member mereka yang baru.
Yap. Aku ikut dalam pendaftaran itu.
“Rendi. Silahkan lakukan aksimu!” perintah salah seorang juri Audisi kepadaku.
Aku pun memulai aksiku dengan melakukan gerakan ngedance. Mulai dari dance robotic, popping dance, electric dance, breakdance, hip hop dance, sampai berjoget pun aku lakukan.
“Ok. Kamu jago ngedance. Sekarang coba nyanyi.” pinta juri lagi.
Aku terdiam beberapa saat.
“Kenapa diam aja. Buruan! Bukan kamu aja yang mau diaudisi. Jangan buang-buang waktu” kata sang juri yang mulai kehilangan kesabaran.
“Saya nggak bisa nyanyi, mas. Suara saya fals, cempreng, nggak bagus” jawabku.
“Terus kenapa loe mau ikut Audisi?” tanya sang juri
“Saya mau jadi anggota GRB Tool. Kalau boleh, saya nggak usah nyanyi cukup ngadance aja saat performance. Gaji nya juga nggak perlu sebanyak mereka. Maklumlah saya nggak ikutan nyanyi” jawabku.
“Belum dinyatain lolos kok udah bicarain gaji. Ge’er amat loe. Emang loe kira loe udah lolos?” bentak sang juri.
“Apa? Ge’er?” tanya juri yang satunya.
“Iya. Di antara ribuan peserta audisi cuma dia aja yang ge’er”. jawab juri yang satunya lagi.
“Berarti dia…”
“LULUS..! Selamat Rendi. Kamu lulus. Karena cuma kamu yang ge’er. Kamu menjadi member GRB Tool yang baru” jawab sang juri yang membuatku sangat gembira.
Walau aneh tapi ini adalah hal yang menggembirakan. Aku terpilih menjadi member “GRB Tool” yang baru karena ke ge’eran ku.
Audisi yang aneh.
Sampailah aku ke hadapan 4 orang member GRB Tool. Mereka di antaranya Rey, Arjun, Fadli dan Bobby.
“Jadi loe member baru kami yah?” tanya Arjun.
“Iya, kak. Nama saya Rendy..”
“Loe punya pacar nggak?” tanya Rey yang membuatku bingung.
Kenapa dia bertanya seperti itu? Cuma dua kemungkinan.
Yang pertama mungkin para member dilarang untuk berpacaran karena mengganggu jadwal kerja dan takut membuat para fans sedih. Dan kemungkinan yang ke dua adalah dia menyukaiku.
What?! Pikiran bodoh apa ini hingga aku berpikir seperti itu.
“Nggak, kak. Saya nggak punya pacar” jawabku.
“Aduh. Kamu harus punya pacar dong. Itu salah satu syarat kalau mau jadi anggota kami” jawab Rey.
Ternyata dua kemungkinan yang kupikirkan tidak tepat. Tapi itu sungguh aneh.
“Kenapa harus punya pacar, kak?” tanya penasaran.
“Supaya kita dikira normal. Bukan gei. Tau sendirikan kita selalu kumpul bareng..” jawab Fadly.
Ternyata jawaban mereka masuk akal. Kenapa tidak kupikirkan dari tadi tentang kemungkinan itu.
“Ok lah, kita kasih loe waktu seminggu untuk nyari pacar. Dan pacar loe itu harus cewek. Kalau dalam seminggu loe nggak berhasil maka maaf saja, loe nggak bisa jadi anggota kami. Deal?” jelas Bobby.
“Deal!” aku menyetujui persyaratan mereka.
Tapi bagaimana aku bisa menemukan pacar dalam kurun waktu 7 hari (seminggu)
Mencari pacar adalah hal yang tidak mudah. Menjalaninya pun jauh lebih tidak mudah terlebih jika hanya mengandalkan nafsu.
Aku pernah berpacaran sebanyak 3 kali. Dan semua nya hanya berjalan paling lama 2 bulan.
Pacar pertamaku bernama Sissy, waktu aku duduk di bangku SMA kelas 2. Namun cuma bertahan selama dua bulan. Aku diputuskan olehnya karena nilai raporku merah.
“Sungguh terlalu. Seperti orang tua siswa saja yang marah kalau anaknya mendapat nilai rapor merah”.
Pacarku yang ke dua bernama Sheryl. Anak orang kaya. Itu waktu aku sudah duduk di kelas 3 SMA. Namun cuma bertahan selama sebulan. Aku mendapat fitnah oleh satu sekolah bahwa aku adalah seorang gei karena selalu main bareng dengan Ramon, sahabatku. Sheryl mempercayai gosip itu dan aku pun diputuskannya.
“Fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Begitulah kata orang”.
Pacarku yang ke tiga bernama Mimin. Itu waktu aku sudah duduk di bangku kuliah semester pertama. Cuma bertahan selama seminggu. Aku memutuskannya.
Kenapa? Apa aku sekejam itu? Seorang cowok memutuskan ceweknya.
Entahlah. Tapi itu harus aku lakukan karena aku baru tahu kalau Mimin adalah seorang cewek yang berjakun alias cowok. Dia merubah jenis kelaminnya (ber transgender) menjadi seorang cewek.
Huff. Kisah cintaku selalu aneh. Begitulah masa laluku.
Dalam tujuh hari ini aku harus bisa mendapat pacar yang normal demi menjadi seorang boyband.
Untunglah aku mengenal banyak gadis di kampusku. Dan target yang pertama yang ingin aku tembak adalah Siska.
“Siska, gu.. gu.. gue mau ngomong sesuatu ama loe” jawabku gugup.
“Mau ngomong apa yah, Ren? hmm.. tapi..” ucap Siska.
“Tapi apa?” tanyaku penasaran.
“Tapi jika loe mau nembak gue mending nggak usah. Karena udah pasti gue nolak loe jadi pacar gue” jawab Siska yang membuatku terdiam seribu bahasa.
“Jadi tadi loe mau ngomong apa?” lanjutnya.
“Nggak. Nggak kok. Nggak jadi…” jawabku salah tingkah dan langsung bergegas pergi meninggalkannya.
Target pertama gagal total. Gagal sebelum berperang.
Keesokan harinya, aku menyusun rencana. Dan targetku kali ini adalah Jesika.
Dengan berbekal rencana yang disarankan oleh temanku, Danu, aku memulai aksiku mendekati Jesika.
“Jes, loe sendirian aja?” sapaku.
“Iya nih. Jemputan aku nggak datang. Teman-teman gue juga udah pulang duluan lagi..” jawabnya yang membuatku merasa ada jalan.
“Gimana kalau gue yang antar?” kataku menawarkan diri.
“hmm.. nggak usah deh, nanti ngerepotin”
“Nggak apa-apa. Nggak ngerepotin kok..”
“Iya deh..”
Aku pun mengantarnya pulang dengan mengendarai sepeda motorku. Namun sebelum pulang aku mengajaknya makan, berbelanja pernak pernik di mall dan nonton di bioskop dan semuanya aku yang membayarnya dengan tabunganku sendiri.
Walau agak berat namun itulah ide yang diberikan Danu padaku. Dan sampailah pada moment yang tepat.
“Jes, gue.. gue suka sama loe. Loe mau nggak jadi pacar gue?” ungkapku dengan terlanjur berani.
“Aduh, sorry yah, Ren. Bukannya gue nolak. Cuman gue udah punya pacar” jawabnya.
AAAAAKH…!
Uang tabunganku habis. Gagal mendapat pacar.
Satu kesalahan yang kulakukan. Aku lupa menanyakan dia sudah punya pacar atau belum.
Karena peristiwa itu aku mencutikan diriku mencari pacar selama 3 hari sambil mencari strategi yang lebih jitu.
Sampailah pada hari ke enam. Sisa waktu dua hari maka aku gagal menjadi member boyband.
Target selanjutnya adalah Frieska. Gadis tomboy tapi manis. Dia juga sangat akrab denganku.
“Fries, loe mau bantu gue nggak?” pintaku.
“Apaan, Ren?” tanyanya heran.
“Loe.. Loe suka nggak ama boyband GRB Tool?” tanyaku.
“Walau gue tomboy tapi jujur aja, gue ngefans banget sama mereka terutama Arjun sang cowok keturunan India. Macho banget”
“Gue bakal jadi salah satu membernya. Gue bakal jadi salah satu anggota boyband GRB Tool” jawabku yang kege’eran.
Karena saking semangatnya aku tidak menyadari jika aku berbicara dalam kantin yang terdapat banyak orang.
“HAHAHAHAHA..”
Mereka semua tertawa mendengar pernyataanku kalau aku bakal jadi member Boyband GRB Tool, bahkan ada yang sampai terpingkal pingkal.
Mereka yang lebay atau aku yang narsis nan ge’er?
“You kidding right?” tanya Frieska sok berbahasa inggris.
“Iya. Gue serius tapi syaratnya loe harus..”
“harus apa?” tanyanya penasaran.
Semua orang yang ada dalam kantin memfokuskan pandangannya pada kami berdua. Itu membuatku gugup untuk menjawabnya. Namun sudah terlanjur malu maka aku teruskan saja.
“Loe harus jadi pacar gue”.
PRAAAK..
Satu tamparan dari Frieska mengenai tepat di pipi ku.
“Loe kira gue cewek apaan? Seenaknya ngomong gitu di depan banyak orang” jawabnya dan langsung bergegas pergi.
“huuu… kasian deh loe ditolak digampar lagi” ejek salah seorang yang ada dalam kantin.
Sakit hati. Itulah yang kurasakan semua itu demi menjadi member boyband.
Sudah tiga kali gagal.
Sampailah aku pada hari ke tujuh. Hari terakhir dalam persetujuan mereka para member boyband GRB Tool. Targetku yang terakhir adalah Mikaru.
Gadis berdarah Indo-Jepang yang memiliki paras yang cantik, berkulit putih layaknya orang Jepang, hidung yang mancung, rambut yang terurai panjang, serta matanya yang indah bak bola pimpong. Namun bukan hanya itu yang membuat saya tertarik padanya melainkan sifatnya yang dermawan, rendah hati, berpikir seribu kali untuk menolak sesuatu, menjaga kesopanan betul-betul layaknya orang Jepang yang selalu merundukkan badannya jika bertemu dengan orang yang lebih tua darinya sebagai tanda penghormatan.
Suatu hari di taman kampus tepat di depan pohon kertas yang menyerupai bunga sakura dia berdiri sendiri menikmati keindahan alam dan sejuknya angin yang bertiup sepoi sambil menengadahkan tangannya menangkap beberapa helai dedaunan yang terjatuh.
Aku menghampirinya.
“Mikaru, chan..” sapaku sok bergaya Jepang.
“Rendi? Hai..” ia balas menyapaku.
“Eeeeh.. Lagi ngapain sendirian di sini?” tanyaku mulai berbasa basi.
“Aku cuma lagi nikmatin suasana aja. Persis kayak di kampung halaman mama. Di Jepang” jawabnya.
Aku baru tahu kalau ibunya adalah orang Jepang asli.
Rambutnya yang berkibaran karena tertiup angin membuat aura kecantikannya semakin terlihat. Hatiku merasa berdenyut. Aku betul-betul terpesona olehnya.
“Aishiteru..” kataku keceplosan.
“Apa?” tanya Mikaru bingung.
“eeee.. maksudku. eeee.. itu.. Kamu sering ke Jepang yah?” tanyaku berspekulasi karena salah tingkah.
“Iya. Setiap liburan semester aku sering ke kampung mama di Tokyo, Jepang”.
Setelah lama berbasi basi aku pun segera memberanikan diri mengungkapkan perasaanku yang terdalam, namun ini kulakukan bukan karena syarat untuk menjadi member boyband tapi karena aku memang menyukai dia dari dulu dan selama ini aku hanya bisa memendamnya.
“Mikaru, aku suka sama kamu. Sudah lama aku pendam perasaan ini. Setiap apa pun yang aku kulakukan selalu saja pikiran ini teringat padamu. Aku tidak tahu kenapa? Tapi itulah kenyataannya. Aku bukan seorang pujangga atau pun penyair yang dapat membuat kata-kata indah untuk menyatakan perasaanku ini. Aku cuma bisa bilang. AKU MENYUKAIMU karena itulah yang kurasakan dalam hatiku..” jawabku dengan sangat cepat sambil menundukkan kepala karena aku tak sanggup menatap matanya karena malu.
“Ren.. Rendy..” tanya nya seakan-akan tidak percaya dengan yang kukatakan.
“Stop. Kamu tidak perlu menjawabnya. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja, Mikaru.” jawabku dengan nafas terengah seakan-akan habis berlari sejauh 100 kilometer.
“Apa kamu benar-benar menyukaiku?” tanyanya.
“Iya. Itu benar” jawabku singkat karena aku tahu dia pasti menolakku.
“Aku juga menyukaimu, Ren.”
Tiba-tiba suasana menjadi hening. Angin yang menghembus membuat dedaunan berjatuhan di depan kami.
“A..apa? Kamu bilang apa barusan?” tanyaku yang seakan-akan tidak percaya.
“Aku menyukaimu, Rendi. Semenjak kamu sering membantuku. Perasaan itu sudah muncul. Namun sebagai wanita tidak mungkin seberani itu mengungkapkannya”
Apakah ini mimpi? Aku menampar pipiku dan terasa sakit. Itu menandakan aku tidak sedang bermimpi.
“Mikaru, ka.. kamu mau nggak jadi pacar aku?”
Dia mengangguk perlahan sambil tersenyum yang menandakan dia “mau”.
Betapa senangnya hati ini. Rasanya aku ingin berloncat kegirangan namun aku harus menjaga image ku di hadapannya.
Sampailah aku di studio manajemen boyband GRB Tool. Mikaru seakan-akan tidak percaya ke empat orang yang ada di hadapannya itu adalah member GRB Tool. Maklum, dia juga termasuk fans beratnya sampai-sampai dia membawa foto mereka berharap ingin ditandatangani langsung oleh mereka.
“Sesuai persetujuan, kak. Saya sudah punya pacar. Ini dia namanya Mikaru. Cantik kan? Berarti aku sudah resmi dong jadi member baru kalian. hehe..” jawabku yang penuh semangat dan penuh kege’eran.
“Sorry banget nih, Ren. Kami udah punya pengganti loe.” jawab Bobby.
“hehehe, Kakak bercanda kan?” tanyaku terkejut.
“Nggak. Kita serius dari dulu kami memang nggak terima loe jadi member kami. Loe memang jago ngedance tapi liat tampang loe. Mana ada boyband tampang cupu’ kayak loe..” jawab Arjun yang disertai tawa teman-temannya.
“Sebenarnya persyaratan mencari pacar selama seminggu itu cuma spekulasi. Kami kira loe nggak bakal berhasil tapi ternyata loe bisa bahkan cantik juga pacar loe..” lanjut Fadly.
“Loe juga nggak bisa nyanyi kan? Mana bisa loe bisa jadi anak boyband kalau loe nggak bisa nyanyi. Apa kata orang nanti kalau ada member GRB Tool nggak bisa nyanyi. Boyband yang terkenal sampai mancanegara. Kan malu jadinya” sambung Rey yang kege’eran.
Sekarang aku mengerti kenapa namanya GRB Tool (dibaca: ge’er betul).
Aku sangat sangat sangat kecewa mendengar kejelasan dari mereka. Ekspresiku yang tadinya semangat berubah menjadi lesu dan lunglai.
“Rendi..” kata Mikaru yang sepertinya tidak tega melihat keadaanku.
Tanpa kuduga tiba-tiba pacarku itu maju tepat ke hadapan mereka.
“Maaf..” ucapnya sambil merundukkan badannya layaknya kebiasaan orang Jepang.
“Kamu ngefans juga yah sama kami?” tanya Arjun yang sok kege’eran. Ingin rasanya kutonjok wajah sok ganteng mereka itu.
“Iya. Aku fans berat kalian” jawab Mikaru sambil tersenyum.
Jawaban dari Mikaru ke mereka membuat hatiku semakin sakit bercampur rasa cemburu.
Bagaikan api yang disirami dengan bensin.
“Tapi rasanya aneh banget yah kalau aku masih ngefans sama kalian setelah kalian menyakiti perasaan Rendy, membuat dia kecewa. Kenapa nggak dari dulu aja kalian nolak dia jadi anggota kalian? Kenapa baru sekarang kalian jujur? Aku baru tau kalau kalian cuma jual tampang. Sok keren, sok kegantengan. Kalian pikir karena kalian terkenal kalian seenaknya membuat orang lain kecewa. Bodohnya aku selama ini ngefans sama orang-orang seperti kalian. GRB Tool. Itu pantas menjadi nama boyband kalian kalian betul-betul ge’er. Sumpah, aku betul-betul bodoh jadi fans kalian. Dan mulai sekarang, kalian kehilangan satu fans berat kalian..” jawab Mikaru sambil merobek foto mereka yang sejak tadi dibawanya kemudian melemparkannya ke hadapan mereka.
Mikaru bergegas pergi sambil menggandeng tanganku.
Aku terdiam-diam seakan-akan tidak percaya dengan yang kusaksikan tadi.
Mikaru membelaku dan rela melepas idola nya demi diriku.
Saking terharunya tanpa saya sadari mataku berkaca-kaca.
“Mikaru, makasih banyak yah telah membelaku tadi. Terima kasih banyak. Dan aku minta maaf. Aku minta maaf karena telah merepotkanmu dalam urusanku ini sampai sampai kamu harus berkata seperti itu tadi di hadapan mereka” ucapku.
“Rendy, kamu lebay ih.. Sudah seharusnya aku sebagai pacar kamu seperti itu. Lagian mereka itu memang pantas digituin. Makasih juga karena kamu aku jadi sadar kalau boyband kayak mereka tuh nggak pantas aku idolain..” jawabnya seraya tersenyum.
“Iya. Sama-sama” jawabku sambil membalas senyumannya.
Kami duduk di taman sambil memandangi matahari yang terbenam.
Mungkin aku juga perlu berterima kasih kepada GRB Tool karena persyaratannya aku bisa memberanikan diri menyatakan perasaanku ke Mikaru dan dia akhirnya bisa menjadi kekasihku.
DEMI BOYBAND…
Aku menjalani proses pencarian cintaku. Walau tidak menjadi boyband tapi aku bisa menemukan cinta yang selama ini aku cari.
TAMAT
Apa aku seorang gei? H*mo? Penyuka sesama?
What?!! BUKAN..!
Namaku adalah Rendi dan aku adalah cowok normal. Aku menyukainya karena kemampuannya dalam ngedance. Cuma sekedar menjadikannya inspirasi karena aku pun hobi ngedance.
Suara mereka memang pas pasan tapi mereka sangat jago dalam ngedance. Kenapa dia mesti menyanyi? Kenapa tidak bikin grup dance aja. Bukankah itu lebih baik? Menutupi kekurangan dengan kelebihan yang dia miliki.
Suatu hari salah satu member mereka mengundurkan diri. Maka manajemen mereka membuka pendaftaran audisi untuk menjadi member mereka yang baru.
Yap. Aku ikut dalam pendaftaran itu.
“Rendi. Silahkan lakukan aksimu!” perintah salah seorang juri Audisi kepadaku.
Aku pun memulai aksiku dengan melakukan gerakan ngedance. Mulai dari dance robotic, popping dance, electric dance, breakdance, hip hop dance, sampai berjoget pun aku lakukan.
“Ok. Kamu jago ngedance. Sekarang coba nyanyi.” pinta juri lagi.
Aku terdiam beberapa saat.
“Kenapa diam aja. Buruan! Bukan kamu aja yang mau diaudisi. Jangan buang-buang waktu” kata sang juri yang mulai kehilangan kesabaran.
“Saya nggak bisa nyanyi, mas. Suara saya fals, cempreng, nggak bagus” jawabku.
“Terus kenapa loe mau ikut Audisi?” tanya sang juri
“Saya mau jadi anggota GRB Tool. Kalau boleh, saya nggak usah nyanyi cukup ngadance aja saat performance. Gaji nya juga nggak perlu sebanyak mereka. Maklumlah saya nggak ikutan nyanyi” jawabku.
“Belum dinyatain lolos kok udah bicarain gaji. Ge’er amat loe. Emang loe kira loe udah lolos?” bentak sang juri.
“Apa? Ge’er?” tanya juri yang satunya.
“Iya. Di antara ribuan peserta audisi cuma dia aja yang ge’er”. jawab juri yang satunya lagi.
“Berarti dia…”
“LULUS..! Selamat Rendi. Kamu lulus. Karena cuma kamu yang ge’er. Kamu menjadi member GRB Tool yang baru” jawab sang juri yang membuatku sangat gembira.
Walau aneh tapi ini adalah hal yang menggembirakan. Aku terpilih menjadi member “GRB Tool” yang baru karena ke ge’eran ku.
Audisi yang aneh.
Sampailah aku ke hadapan 4 orang member GRB Tool. Mereka di antaranya Rey, Arjun, Fadli dan Bobby.
“Jadi loe member baru kami yah?” tanya Arjun.
“Iya, kak. Nama saya Rendy..”
“Loe punya pacar nggak?” tanya Rey yang membuatku bingung.
Kenapa dia bertanya seperti itu? Cuma dua kemungkinan.
Yang pertama mungkin para member dilarang untuk berpacaran karena mengganggu jadwal kerja dan takut membuat para fans sedih. Dan kemungkinan yang ke dua adalah dia menyukaiku.
What?! Pikiran bodoh apa ini hingga aku berpikir seperti itu.
“Nggak, kak. Saya nggak punya pacar” jawabku.
“Aduh. Kamu harus punya pacar dong. Itu salah satu syarat kalau mau jadi anggota kami” jawab Rey.
Ternyata dua kemungkinan yang kupikirkan tidak tepat. Tapi itu sungguh aneh.
“Kenapa harus punya pacar, kak?” tanya penasaran.
“Supaya kita dikira normal. Bukan gei. Tau sendirikan kita selalu kumpul bareng..” jawab Fadly.
Ternyata jawaban mereka masuk akal. Kenapa tidak kupikirkan dari tadi tentang kemungkinan itu.
“Ok lah, kita kasih loe waktu seminggu untuk nyari pacar. Dan pacar loe itu harus cewek. Kalau dalam seminggu loe nggak berhasil maka maaf saja, loe nggak bisa jadi anggota kami. Deal?” jelas Bobby.
“Deal!” aku menyetujui persyaratan mereka.
Tapi bagaimana aku bisa menemukan pacar dalam kurun waktu 7 hari (seminggu)
Mencari pacar adalah hal yang tidak mudah. Menjalaninya pun jauh lebih tidak mudah terlebih jika hanya mengandalkan nafsu.
Aku pernah berpacaran sebanyak 3 kali. Dan semua nya hanya berjalan paling lama 2 bulan.
Pacar pertamaku bernama Sissy, waktu aku duduk di bangku SMA kelas 2. Namun cuma bertahan selama dua bulan. Aku diputuskan olehnya karena nilai raporku merah.
“Sungguh terlalu. Seperti orang tua siswa saja yang marah kalau anaknya mendapat nilai rapor merah”.
Pacarku yang ke dua bernama Sheryl. Anak orang kaya. Itu waktu aku sudah duduk di kelas 3 SMA. Namun cuma bertahan selama sebulan. Aku mendapat fitnah oleh satu sekolah bahwa aku adalah seorang gei karena selalu main bareng dengan Ramon, sahabatku. Sheryl mempercayai gosip itu dan aku pun diputuskannya.
“Fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Begitulah kata orang”.
Pacarku yang ke tiga bernama Mimin. Itu waktu aku sudah duduk di bangku kuliah semester pertama. Cuma bertahan selama seminggu. Aku memutuskannya.
Kenapa? Apa aku sekejam itu? Seorang cowok memutuskan ceweknya.
Entahlah. Tapi itu harus aku lakukan karena aku baru tahu kalau Mimin adalah seorang cewek yang berjakun alias cowok. Dia merubah jenis kelaminnya (ber transgender) menjadi seorang cewek.
Huff. Kisah cintaku selalu aneh. Begitulah masa laluku.
Dalam tujuh hari ini aku harus bisa mendapat pacar yang normal demi menjadi seorang boyband.
Untunglah aku mengenal banyak gadis di kampusku. Dan target yang pertama yang ingin aku tembak adalah Siska.
“Siska, gu.. gu.. gue mau ngomong sesuatu ama loe” jawabku gugup.
“Mau ngomong apa yah, Ren? hmm.. tapi..” ucap Siska.
“Tapi apa?” tanyaku penasaran.
“Tapi jika loe mau nembak gue mending nggak usah. Karena udah pasti gue nolak loe jadi pacar gue” jawab Siska yang membuatku terdiam seribu bahasa.
“Jadi tadi loe mau ngomong apa?” lanjutnya.
“Nggak. Nggak kok. Nggak jadi…” jawabku salah tingkah dan langsung bergegas pergi meninggalkannya.
Target pertama gagal total. Gagal sebelum berperang.
Keesokan harinya, aku menyusun rencana. Dan targetku kali ini adalah Jesika.
Dengan berbekal rencana yang disarankan oleh temanku, Danu, aku memulai aksiku mendekati Jesika.
“Jes, loe sendirian aja?” sapaku.
“Iya nih. Jemputan aku nggak datang. Teman-teman gue juga udah pulang duluan lagi..” jawabnya yang membuatku merasa ada jalan.
“Gimana kalau gue yang antar?” kataku menawarkan diri.
“hmm.. nggak usah deh, nanti ngerepotin”
“Nggak apa-apa. Nggak ngerepotin kok..”
“Iya deh..”
Aku pun mengantarnya pulang dengan mengendarai sepeda motorku. Namun sebelum pulang aku mengajaknya makan, berbelanja pernak pernik di mall dan nonton di bioskop dan semuanya aku yang membayarnya dengan tabunganku sendiri.
Walau agak berat namun itulah ide yang diberikan Danu padaku. Dan sampailah pada moment yang tepat.
“Jes, gue.. gue suka sama loe. Loe mau nggak jadi pacar gue?” ungkapku dengan terlanjur berani.
“Aduh, sorry yah, Ren. Bukannya gue nolak. Cuman gue udah punya pacar” jawabnya.
AAAAAKH…!
Uang tabunganku habis. Gagal mendapat pacar.
Satu kesalahan yang kulakukan. Aku lupa menanyakan dia sudah punya pacar atau belum.
Karena peristiwa itu aku mencutikan diriku mencari pacar selama 3 hari sambil mencari strategi yang lebih jitu.
Sampailah pada hari ke enam. Sisa waktu dua hari maka aku gagal menjadi member boyband.
Target selanjutnya adalah Frieska. Gadis tomboy tapi manis. Dia juga sangat akrab denganku.
“Fries, loe mau bantu gue nggak?” pintaku.
“Apaan, Ren?” tanyanya heran.
“Loe.. Loe suka nggak ama boyband GRB Tool?” tanyaku.
“Walau gue tomboy tapi jujur aja, gue ngefans banget sama mereka terutama Arjun sang cowok keturunan India. Macho banget”
“Gue bakal jadi salah satu membernya. Gue bakal jadi salah satu anggota boyband GRB Tool” jawabku yang kege’eran.
Karena saking semangatnya aku tidak menyadari jika aku berbicara dalam kantin yang terdapat banyak orang.
“HAHAHAHAHA..”
Mereka semua tertawa mendengar pernyataanku kalau aku bakal jadi member Boyband GRB Tool, bahkan ada yang sampai terpingkal pingkal.
Mereka yang lebay atau aku yang narsis nan ge’er?
“You kidding right?” tanya Frieska sok berbahasa inggris.
“Iya. Gue serius tapi syaratnya loe harus..”
“harus apa?” tanyanya penasaran.
Semua orang yang ada dalam kantin memfokuskan pandangannya pada kami berdua. Itu membuatku gugup untuk menjawabnya. Namun sudah terlanjur malu maka aku teruskan saja.
“Loe harus jadi pacar gue”.
PRAAAK..
Satu tamparan dari Frieska mengenai tepat di pipi ku.
“Loe kira gue cewek apaan? Seenaknya ngomong gitu di depan banyak orang” jawabnya dan langsung bergegas pergi.
“huuu… kasian deh loe ditolak digampar lagi” ejek salah seorang yang ada dalam kantin.
Sakit hati. Itulah yang kurasakan semua itu demi menjadi member boyband.
Sudah tiga kali gagal.
Sampailah aku pada hari ke tujuh. Hari terakhir dalam persetujuan mereka para member boyband GRB Tool. Targetku yang terakhir adalah Mikaru.
Gadis berdarah Indo-Jepang yang memiliki paras yang cantik, berkulit putih layaknya orang Jepang, hidung yang mancung, rambut yang terurai panjang, serta matanya yang indah bak bola pimpong. Namun bukan hanya itu yang membuat saya tertarik padanya melainkan sifatnya yang dermawan, rendah hati, berpikir seribu kali untuk menolak sesuatu, menjaga kesopanan betul-betul layaknya orang Jepang yang selalu merundukkan badannya jika bertemu dengan orang yang lebih tua darinya sebagai tanda penghormatan.
Suatu hari di taman kampus tepat di depan pohon kertas yang menyerupai bunga sakura dia berdiri sendiri menikmati keindahan alam dan sejuknya angin yang bertiup sepoi sambil menengadahkan tangannya menangkap beberapa helai dedaunan yang terjatuh.
Aku menghampirinya.
“Mikaru, chan..” sapaku sok bergaya Jepang.
“Rendi? Hai..” ia balas menyapaku.
“Eeeeh.. Lagi ngapain sendirian di sini?” tanyaku mulai berbasa basi.
“Aku cuma lagi nikmatin suasana aja. Persis kayak di kampung halaman mama. Di Jepang” jawabnya.
Aku baru tahu kalau ibunya adalah orang Jepang asli.
Rambutnya yang berkibaran karena tertiup angin membuat aura kecantikannya semakin terlihat. Hatiku merasa berdenyut. Aku betul-betul terpesona olehnya.
“Aishiteru..” kataku keceplosan.
“Apa?” tanya Mikaru bingung.
“eeee.. maksudku. eeee.. itu.. Kamu sering ke Jepang yah?” tanyaku berspekulasi karena salah tingkah.
“Iya. Setiap liburan semester aku sering ke kampung mama di Tokyo, Jepang”.
Setelah lama berbasi basi aku pun segera memberanikan diri mengungkapkan perasaanku yang terdalam, namun ini kulakukan bukan karena syarat untuk menjadi member boyband tapi karena aku memang menyukai dia dari dulu dan selama ini aku hanya bisa memendamnya.
“Mikaru, aku suka sama kamu. Sudah lama aku pendam perasaan ini. Setiap apa pun yang aku kulakukan selalu saja pikiran ini teringat padamu. Aku tidak tahu kenapa? Tapi itulah kenyataannya. Aku bukan seorang pujangga atau pun penyair yang dapat membuat kata-kata indah untuk menyatakan perasaanku ini. Aku cuma bisa bilang. AKU MENYUKAIMU karena itulah yang kurasakan dalam hatiku..” jawabku dengan sangat cepat sambil menundukkan kepala karena aku tak sanggup menatap matanya karena malu.
“Ren.. Rendy..” tanya nya seakan-akan tidak percaya dengan yang kukatakan.
“Stop. Kamu tidak perlu menjawabnya. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja, Mikaru.” jawabku dengan nafas terengah seakan-akan habis berlari sejauh 100 kilometer.
“Apa kamu benar-benar menyukaiku?” tanyanya.
“Iya. Itu benar” jawabku singkat karena aku tahu dia pasti menolakku.
“Aku juga menyukaimu, Ren.”
Tiba-tiba suasana menjadi hening. Angin yang menghembus membuat dedaunan berjatuhan di depan kami.
“A..apa? Kamu bilang apa barusan?” tanyaku yang seakan-akan tidak percaya.
“Aku menyukaimu, Rendi. Semenjak kamu sering membantuku. Perasaan itu sudah muncul. Namun sebagai wanita tidak mungkin seberani itu mengungkapkannya”
Apakah ini mimpi? Aku menampar pipiku dan terasa sakit. Itu menandakan aku tidak sedang bermimpi.
“Mikaru, ka.. kamu mau nggak jadi pacar aku?”
Dia mengangguk perlahan sambil tersenyum yang menandakan dia “mau”.
Betapa senangnya hati ini. Rasanya aku ingin berloncat kegirangan namun aku harus menjaga image ku di hadapannya.
Sampailah aku di studio manajemen boyband GRB Tool. Mikaru seakan-akan tidak percaya ke empat orang yang ada di hadapannya itu adalah member GRB Tool. Maklum, dia juga termasuk fans beratnya sampai-sampai dia membawa foto mereka berharap ingin ditandatangani langsung oleh mereka.
“Sesuai persetujuan, kak. Saya sudah punya pacar. Ini dia namanya Mikaru. Cantik kan? Berarti aku sudah resmi dong jadi member baru kalian. hehe..” jawabku yang penuh semangat dan penuh kege’eran.
“Sorry banget nih, Ren. Kami udah punya pengganti loe.” jawab Bobby.
“hehehe, Kakak bercanda kan?” tanyaku terkejut.
“Nggak. Kita serius dari dulu kami memang nggak terima loe jadi member kami. Loe memang jago ngedance tapi liat tampang loe. Mana ada boyband tampang cupu’ kayak loe..” jawab Arjun yang disertai tawa teman-temannya.
“Sebenarnya persyaratan mencari pacar selama seminggu itu cuma spekulasi. Kami kira loe nggak bakal berhasil tapi ternyata loe bisa bahkan cantik juga pacar loe..” lanjut Fadly.
“Loe juga nggak bisa nyanyi kan? Mana bisa loe bisa jadi anak boyband kalau loe nggak bisa nyanyi. Apa kata orang nanti kalau ada member GRB Tool nggak bisa nyanyi. Boyband yang terkenal sampai mancanegara. Kan malu jadinya” sambung Rey yang kege’eran.
Sekarang aku mengerti kenapa namanya GRB Tool (dibaca: ge’er betul).
Aku sangat sangat sangat kecewa mendengar kejelasan dari mereka. Ekspresiku yang tadinya semangat berubah menjadi lesu dan lunglai.
“Rendi..” kata Mikaru yang sepertinya tidak tega melihat keadaanku.
Tanpa kuduga tiba-tiba pacarku itu maju tepat ke hadapan mereka.
“Maaf..” ucapnya sambil merundukkan badannya layaknya kebiasaan orang Jepang.
“Kamu ngefans juga yah sama kami?” tanya Arjun yang sok kege’eran. Ingin rasanya kutonjok wajah sok ganteng mereka itu.
“Iya. Aku fans berat kalian” jawab Mikaru sambil tersenyum.
Jawaban dari Mikaru ke mereka membuat hatiku semakin sakit bercampur rasa cemburu.
Bagaikan api yang disirami dengan bensin.
“Tapi rasanya aneh banget yah kalau aku masih ngefans sama kalian setelah kalian menyakiti perasaan Rendy, membuat dia kecewa. Kenapa nggak dari dulu aja kalian nolak dia jadi anggota kalian? Kenapa baru sekarang kalian jujur? Aku baru tau kalau kalian cuma jual tampang. Sok keren, sok kegantengan. Kalian pikir karena kalian terkenal kalian seenaknya membuat orang lain kecewa. Bodohnya aku selama ini ngefans sama orang-orang seperti kalian. GRB Tool. Itu pantas menjadi nama boyband kalian kalian betul-betul ge’er. Sumpah, aku betul-betul bodoh jadi fans kalian. Dan mulai sekarang, kalian kehilangan satu fans berat kalian..” jawab Mikaru sambil merobek foto mereka yang sejak tadi dibawanya kemudian melemparkannya ke hadapan mereka.
Mikaru bergegas pergi sambil menggandeng tanganku.
Aku terdiam-diam seakan-akan tidak percaya dengan yang kusaksikan tadi.
Mikaru membelaku dan rela melepas idola nya demi diriku.
Saking terharunya tanpa saya sadari mataku berkaca-kaca.
“Mikaru, makasih banyak yah telah membelaku tadi. Terima kasih banyak. Dan aku minta maaf. Aku minta maaf karena telah merepotkanmu dalam urusanku ini sampai sampai kamu harus berkata seperti itu tadi di hadapan mereka” ucapku.
“Rendy, kamu lebay ih.. Sudah seharusnya aku sebagai pacar kamu seperti itu. Lagian mereka itu memang pantas digituin. Makasih juga karena kamu aku jadi sadar kalau boyband kayak mereka tuh nggak pantas aku idolain..” jawabnya seraya tersenyum.
“Iya. Sama-sama” jawabku sambil membalas senyumannya.
Kami duduk di taman sambil memandangi matahari yang terbenam.
Mungkin aku juga perlu berterima kasih kepada GRB Tool karena persyaratannya aku bisa memberanikan diri menyatakan perasaanku ke Mikaru dan dia akhirnya bisa menjadi kekasihku.
DEMI BOYBAND…
Aku menjalani proses pencarian cintaku. Walau tidak menjadi boyband tapi aku bisa menemukan cinta yang selama ini aku cari.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar