Minggu, 01 Desember 2013

dosen dan nasib ku

Waktu tak terasa bergulir dengan cepat. Entah mengapa menurutku waktu itu sebuah misteri karena jika dinanti terasa lambat dan sebaliknya jika tidak dihiraukan terasa cepat. Yah… seperti sekarang ini alhamdulillah aku sudah menempuh pendidikan di salah satu SMA negeri di kota Palembang selama tiga tahun. Pada hari ini banyak air mata dan tawa kebahagiaan mewarnai di setiap penjuru sekolah maupun warnet (warung internet) baik di dekat sekolah maupun rumah. Aku mengucapkan rasa syukur kepada Allah ketika melihat namaku di alamat website hasil UN 2012 sebagai salah satu pelajar yang lulus. Sepertinya baru kemarin aku mendaftar masuk SMA dan mengikuti MOS, sekarang aku sudah menyandang status sebagai alumni.
Usai melihat hasil UN aku harus mempersiapkan diri dan bekal untuk menempuh pendidikan di universitas. Sebelum UN berlangsung aku dan beberapa temanku telah diterima di sebuah universitas yang didirikan oleh salah satu ilmuwan fisika ternama di Indonesia. Lokasi universitas itu berada di daerah Serpong. Direncanakan aku dan teman-temanku akan berangkat dari Palembang ke Serpong seminggu setelah lebaran. Wuiiihh tidak sabar aku menantinya. Aku sudah membayangkan akan bertemu dengan dosen-dosen yang hebat karena hampir semuanya merupakan lulusan dari luar negeri. Kemudian tinggal di asrama dengan fasilitas yang lengkap. Lalu bisa memunyai teman-teman dari berbagai provinsi di Indonesia khususnya dari Papua.
Hari yang dinantikan pun tiba. Aku dan teman-teman dari Palembang lainnya yang berkumpul di kantor diknas. Kami semua mendapat pengarahan dari kepala dinas. Intinya selama di sana kami harus menjaga nama baik daerah, diri, dan sikap. Bagaimanapun juga disana kami akan hidup mandiri jauh dari pengawasan orang tua dan bertemu dengan orang asing. Semua yang hadir di diknas adalah mereka yang berangkat menggunakan bus termasuk juga aku. Sedangkan yang menggunakan pesawat ada yang sudah berangkat dan ada yang belum. Tepat pukul 10:00 bus yang mengantar kami berangkat meninggalkan keluarga, teman-teman, dan kota Palembang tercinta. Selama dalam perjalanan aku banyak merenung.
Sebenarnya aku hanya ikut-ikutan saja dengan teman-teman lainnya ingin masuk ke kampus ini karena aku khawatir tidak lulus SNMPTN 2012 dan hanya bisa masuk universitas swasta. Rencananya aku ingin masuk POLTEKKES. Jujur aku bingung mau masuk universitas yang mana. Dari kampus yang biasa-biasa saja hingga kampus yang terkenal telah melakukan promosi di sekolah. Akhirnya, aku memutuskan berjuang bersama 1000 lebih peserta lainnya untuk bisa diterima di universitas yang berlokasi di Serpong. Ada rasa khawatir akan gagal karena persaingannya cukup ketat. Bayangkan dari 1000 lebih peserta hanya menerima 98 peserta. Wuiiihhh… gila kan. Alhamdulillah aku diterima berkat ridho Allah, doa dan pertolongan dari orang tua. Aku senang sekali. Ini semua di luar dugaan karena sejak awal aku tidak pernah terpikirkan akan kuliah di kampus ini dan hidup merantau. Dari sini Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya kepadaku bahwa semua keinginanku belum tentu baik dan Allah telah memberi penggantinya yang jauh lebih baik.
Setelah menempuh perjalanan selama sehari semalam, keesokan harinya kami telah tiba di asrama masing-masing. Asrama puteri di Paulus sedangkan asrama putera di Illago. Setelah menentukan kamar dan teman sekamar selanjutnya kami harus menyelesaikan administrasi di kampus. Hari ini cukup melelahkan dan masih ada yang merasa sedih karena berpisah dengan keluarga tercinta di Palembang. Kegiatan di hari pertama yaitu bersih-bersih dan berbelanja kebutuhan sehari-hari. Dalam waktu sekejap banyak uang yang harus dikeluarkan seperti membeli peralatan kebersihan, belanja, dan membeli makanan. Penghuni di asrama puteri ada yang berasal dari Belitung Timur, Palembang, Kupang, dan Papua. Namun, penghuni dari Papua lebih mendominasi dari segi kuantitas. Ini adalah pengalaman pertama bertemu langsung dengan orang timur Indonesia. Aku begitu takut melihat mereka kupikir mereka kurang bersahabat karena budaya mereka yang begitu keras sangat berbeda dengan budaya di daerahku.
Hari selanjutnya pelaksanaan OSPEK yang harus dijalani oleh mahasiswa baru. Peserta OSPEK tahun ini berasal dari berbagai daerah selain dari Palembang ada yang berasal dari Kalimantan Tengah dan Papua. Selain itu ada kakak tingkat dari Kupang dan Belitung timur karena mereka belum mengikuti OSPEK di tahun kemarin. Kegiatan OSPEK di kampus ini berlangsung lancar dan cukup berkesan. Ada kejadian unik yang kualami selama kegiatan OSPEK berlangsung. Pada hari pertama panitia OSPEK memberi tugas kepada kami untuk meminta biodata dan tanda tangan kepada peserta OSPEK lainnya yang tidak sedaerah selama pelaksanaan OSPEK dan diberi batas minimal tanpa pengulangan. Jumlah peserta OSPEK dari Papua sangat banyak dan aku belum bisa membedakan wajah mereka antara yang satu dengan lainnya karena bentuk wajah mereka menurutku sama seperti mata, hidung, bibir, dan warna kulit. Rambut mereka juga sama yaitu keriting mendekati kribo. Jadi, usai pelaksanaan OSPEK aku terkejut melihat hasil tugasku. Ada beberapa nama mengalami pengulangan. Satu nama bisa berulang sebanyak dua atau tiga kali. Ya ampuuunnn…
Di kampus ada satu nama dosen yang cukup unik. Mengapa? Karena dia sangat eksis di jejaring sosial dan di kalangan mahasiswa khususnya seangkatan denganku dia terkenal dengan tugas-tugas dan soal ulangan yang bisa bikin kami gigit jari. Dia merupakan salah satu dosen mata kuliah komputer di kampus ini. Dia juga merupakan lulusan terbaik di kampusnya dan tamatan S3 di salah satu universitas yang ada di negeri sakura. Anehnya meskipun termasuk orang pintar dalam hal akademik tapi memiliki sikap yang terkadang menjengkelkan. Biasanya kami sering memanggilnya Pak Lucky. Pak Lucky itu sangat kepo di jejaring sosial. Entah itu bentuk perhatian dosen dengan mahasiswa atau dampak dari masa mudanya yang banyak dihabiskan dengan belajar. Intinya hampir setiap mahasiswa sangat “segan” dengan bapak itu apalagi kalau sudah diberi tugas. Walaupun begitu ada satu kebaikan dari dirinya yaitu Pak Lucky sering menasihati kami untuk bisa menjadi mahasiswa sukses seperti dirinya dan menceritakan pengalamannya sebagai mahasiswa. Sehingga ada banyak pelajaran yang bisa kami ambil dari pengalaman dia.
Awal pertemuanku dengannya ketika dosen mata kuliah komputer di kelasku yang semula dipegang oleh Bu Sukma diganti dengan Pak Lucky. Di hari pertama pertemuan aku terkejut karena dosen yang hadir seorang laki-laki bukan perempuan (ketika itu aku belum tahu ada penggantian dosen). Kesanku di hari pertama kupikir dia merupakan dosen yang serius dan menyeramkan. Di hari pertama kami sudah diberi tugas dan minggu depan sudah dikumpul. Cukup menegangkan. Pada pertemuan selanjutnya hasil penilaian tugas diumumkan. Dengan tampang yang serius dia memanggil nama Dita dan Ema. Mendengar namanya dipanggil Dita dan Ema sedikit ketakutan (trauma masa SMA jika ada kesalahan maka guru akan memanggil nama yang bersangkutan lalu diberi hukuman) maju ke depan menemui Pak Lucky. Mereka berpikir bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan akan menerima hukuman. Lalu Pak Lucky bertanya, ”Apakah kemarin kalian belajar?” Dengan kompak mereka menjawab, ”Iya, Pak.” Kemudian Pak Lucky menanyakan kepada mereka kapan dan dimana mereka belajar secara detail. Aduh… semua teman-temanku panik karena mereka banyak yang belum belajar. Aku juga ikut panik bukan karena tidak belajar (untunglah beberapa hari ini aku belajar walau hanya membaca buku modul) melainkan bingung menyusun jawaban yang tepat.
Tanpa kuduga sebelumnya namaku dan Wahda juga dipanggil. Deg… sambil menelan ludah aku maju ke depan. Lalu Pak Lucky menanyakan kami dengan pertanyaan yang sama ”Apakah kemarin kalian belajar?” Aku menjawab sesuai dengan jawaban yang telah kubuat sebelumnya tanpa ada unsur kebohongan. Setelah Pak Lucky puas menginterogasi kami dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyelidik dia kembali memanggil Dita dan Ema sedangkan kami masih berdiri di depan kelas. Cukup lama kami terdiam tanpa mengetahui hukuman yang akan kami terima. Ternyata dengan ekspresi muka yang berubah 180 derajat nama kami satu per satu disebut beserta nilai tugas kami yang memuaskan. Pak Lucky mengucapkan selamat kepada kami sambil tersenyum karena berhasil memperoleh nilai yang bagus. Kami bingung tidak mengerti maksud dari tindakan Pak Lucky yang tidak jelas atau GJ (Gak Jelas). Tadi seperti mau marah sekarang malah tersenyum sendiri. Sejak itulah aku baru tahu kalau dosen ini sedikit berbeda dengan dosen pada umumnya.
Setiap pertemuan selesai kami selalu pulang dengan muka sedih, kesal, dan kecewa. Setiap pertemuan kami diharuskan mengerjakan kuis dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Pak Lucky bilang nilai kuis itu akan membantu mendongkrak nilai kami. Jadi, maksud dari diadakan kuis setiap pertemuan supaya kami mau belajar. Niat yang baik tapi membuat kami sedih terus melihat hasil yang kurang memuaskan. Aku dan teman-temanku berpikir sepertinya dia senang melihat kami menderita. Ini hanya pendapat dan belum sepenuhnya benar. Pertanyaan kuis yang dibuatnya penuh jebakan dan sedikit alay. Kami harus teliti untuk menjawabnya. Jika waktu telah habis kami harus bergegas menyelesaikannya. Pak Lucky beralasan kami harus terbiasa dengan kehidupan mahasiswa yang sangat berbeda dengan kehidupan sekolah. Teman-temanku yang berasal dari Papua bahkan ada yang benci dengannya, tapi aku berusaha menasihatinya untuk tidak membencinya. Aku harap maklum karena dia tidak terbiasa dengan metode belajar Pak Lucky yang cukup ekstrim.
Awalnya aku tidak berniat berteman dengan Pak Lucky di jejaring sosial karena teman-temanku yang sudah berteman dengannya pernah bilang bahwa jejaring sosial kalian akan di-kepo-in, jadi tidak aman kalau meng-update status yang galau atau sedih. Namun, entah mengapa aku malah nekat mengirim pertemanan dengan Pak Lucky tepat di hari pembukaan UKM bela diri terbaru di kampus -pembina UKM itu yaitu Pak Lucky-. Sejak saat itu jejaring sosial milikku selalu di-kepo-in oleh Pak Lucky. Ingin kubatalkan pertemanan tetapi tidak enak hati dengan Pak Lucky, nanti dianggap mahasiswa yang kurang ajar. Selain UKM bela diri ada juga UKM Budaya Jepang yang pembinanya sama yaitu Pak Lucky. Pernah aku ikut UKM Budaya Jepang tapi memutuskan berhenti karena aku tidak sanggup menghafal huruf hiragana dan huruf katakana yang berjumlah sangat banyak. Selama empat bulan aku tidak terlalu akrab dengan Pak Lucky seperti Dita dan kawan-kawannya. Mereka sangat dekat sekali dengan Pak Lucky setelah menjadi anggota UKM Budaya Jepang. Aku tidak terlalu suka dengan sikap Pak Lucky yang tidak seperti dosen lainnya.
Awal pertengahan semester, anggota UKM Budaya Jepang sedang mencari anggota baru. Aku termasuk salah satu sasaran mereka. Mereka bilang kalau yang mengajar bukan Pak Lucky tapi mereka, lalu belajar bahasa Jepang mengulang lagi dari awal, dan akan mendapat sertifikat sebagai tanda telah mengikuti UKM ini. Kemudian aku tertarik bergabung dengan mereka. Sejak saat itu aku semakin sering bertemu dengan Pak Lucky. Pertemuan pertama di kegiatan UKM ini berjalan lancar dan sesuai dengan yang dijanjikan oleh Dita cs. Mereka yang sudah terlebih dahulu bergabung di UKM ini menjadi pengajar kami. Pak Lucky hanya duduk di belakang sambil memerhatikan kegiatan kami seperti seorang pengawas. Namun, seiring waktu bergulir Pak Lucky mengambil alih lagi menjadi pengajar karena mereka belum sukses menyampaikan materi sesuai target yang telah ditentukan. Pak Lucky memiliki kemampuan mengajar dengan cepat. Dari sekian banyak materi yang telah disampaikan hanya beberapa materi yang berhasil melekat di otakku selebihnya menguap di udara. Teman-temanku yang baru bergabung dan tidak terbiasa belajar dengan metode pembelajaran Pak Lucky lebih parah. Mereka semakin tidak mengerti, semakin malas, dan akhirnya memutuskan berhenti dari UKM ini. Meskipun aku sudah membujuk mereka untuk tetap bertahan, tapi keinginan mereka untuk berhenti tak mampu kuhentikan. Anehnya aku masih bertahan dan mencoba mempertahankan komitmen untuk tetap setia dengan UKM ini.
Ada satu hal unik lagi dari Pak Lucky yaitu dia memiliki kemampuan berjalan sangat cepat mungkin sudah menjadi kebiasaan ketika masih sekolah di Jepang dulu. Waktu itu UKM Budaya Jepang mengadakan jalan-jalan ke kampus Pak Lucky dulu ketika dia menempuh pendidikan S1. Kampus itu sungguh luas dan asri. Hmmm… kupikir lahan kampus ini bisa didirikan perumahan. Rombongan yang mengikuti jalan-jalan ini tidak ada satu pun yang membawa kendaraan, jadi kami harus berjalan kaki untuk mengelilingi semua tempat yang ada di kampus ini. Jika berjalan kaki dengan santai itu tidak menjadi masalah, tapi kami harus mengimbangi kecepatan Pak Lucky berjalan. Sedikit saja lengah kami bisa tertinggal. Setelah puas berjalan-jalan bisa dipastikan kaki kami terasa pegal dan badan mengalami kelelahan. Setelah itu kami juga harus membuat catatan di jejaring sosial mengenai kesan dan pesan dari acara jalan-jalan santai itu. Aku baru tahu tujuan dia mengelilingi kampus dengan berjalan cepat supaya kami tidak ketinggalan angkot terakhir menuju lokasi asrama kami.
Aku dan teman-teman sekelas sudah lama menyusun rencana berlibur ke Yogyakarta. Bukti keseriusan kami adalah dari berjualan cokelat dan boneka miniatur. Hasil keuntungan penjualan itu akan digunakan untuk menambah modal dari uang kas untuk berlibur ke Yogyakarta. Selain aku dan teman-teman, dosen dan tutor kelas kami juga ikut. Ketika Pak Lucky ditawari untuk ikut dia bersikap seolah-olah tidak mau ikut dengan alasan sibuk. Beberapa hari kemudian, Pak Lucky berubah pikiran dan menyetujui untuk bergabung dengan syarat dia ingin menginap di hotel karena kami menginap di tempat penginapan dan tidak mengikuti acara inti yang akan dilaksanakan di malam terakhir. Salah satu kegiatan yang akan dilakukan disana selain jalan-jalan yaitu bertukar kado. Kami akan memilih penerima kado secara acak dengan cara mengambil gulungan kertas di dalam wadah. Rencana awal Pak Lucky tidak mengikuti acara bertukar kado sehingga kami melakukan pemilihan tanpa kehadiran dia. Dua minggu kemudian terjadi perubahan rencana Pak Lucky berminat mengikuti acara bertukar kado dan batal menginap di hotel sehingga kami harus melakukan pemilihan ulang. Padahal aku sudah senang penerima kadoku adalah teman dekatku. Setelah dilakukan pemilihan ulang aku mendapat nama teman pria dan aku tidak terlalu dekat dengannya. Sungguh mengecewakan. Seandainya saja dari awal Pak Lucky memang ingin ikut tidak akan terjadi pemilihan ulang.
Selain itu kami juga dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok memiliki koordinator yang telah ditentukan. Sialnya, koordinator kelompokku yaitu Pak Lucky. Dia hanya tersenyum saja melihat sikapku seperti pelajar mendapat hasil ulangan jelek. Mengapa harus di kelompokku? Mengapa tidak menjadi koordinator di kelompokk Dita cs? Mereka kan sudah dekat dengan dia sedangkan aku tidak. Berbagai pertanyaan penolakan memenuhi pikiranku. Tidak bisa kubayangkan apa lagi yang akan dilakukan Pak Lucky sehingga membuat aku stress. Salah satu agenda kegiatan kami yaitu berjalan dari malioboro ke alun-alun keraton. Jarak yang harus ditempuh lumayan jauh. Jika berjalan menyusuri jalan Malioboro dengan kecepatan penuh maka kakiku bisa pegal dan betisku juga akan semakin membesar. Namun, aku harus tetap berpikir positif dan mencoba menerima kenyataan meskipun pahit. Walau bagaimanapun juga dia tetap dosenku yang harus kuhormati.
Awal bulan Maret aku dan rombongan berangkat ke Yogyakarta menggunakan jasa kereta api kelas ekonomi. Rombongan terdiri dari Pak Lucky, Bu Eta, Bu Vista, Pak Slamet, dan mahasiswa di kelasku. Selama dalam perjalanan keakraban antara dosen, tutor, dan mahasiswa terjalin. Kami sebagai teman sekelas semakin mengenal satu sama lain. Walaupun salah satu dosen kami batal ikut dan digantikan dengan tutor lain tapi itu tidak menyurutkan kegembiraan kami untuk berlibur. Bukan hanya itu aku semakin tahu sisi lain dari Pak Lucky dan sejak saat itu aku semakin dekat dengan dosenku itu seperti Dita cs. Ketika aku sedang bercanda ria dengan beberapa teman yang posisi duduk mereka berseberangan dengan posisi aku duduk tiba-tiba Pak Lucky berpindah posisi dari tempat duduk awal ke tempat duduk temanku itu. Teman duduk Pak Lucky sudah tidur jadi dia tidak ada teman yang bisa diajak bicara. Setelah puas bercerita dan bercanda beberapa dari kami sudah ada yang tidur termasuk Pak Lucky. Aku dan teman-teman tertawa melihat gaya tidur Pak Lucky seperti pasukan dalam keadaan siap di barisan tanpa bergerak sedikitpun sama seperti ketika dia berfoto tanpa ekspresi dan aksi.
Hari pertama di Yogyakarta sesuai agenda kami akan mengunjungi Candi Prambanan tetapi hanya melihat saja dari luar pagar. Namun, di luar dugaan kami bisa membeli tiket masuk dengan promo harga mahasiswa (hahaha ini nih salah satu keuntungan menjadi mahasiswa). Hari ini kami semua memakai kaos kelas kecuali Pak Lucky. Dia beralasan dia tidak merasa nyaman memakainya sebagai penggantinya dia hanya memakai kaos olahraga berwarna biru seperti warna kaos kelas kami. Sesuai perkiraanku pembentukan kelompok yang telah disusun tidak efektif. Selama di sana kami pergi dengan teman masing-masing. Ada yang berdua seperti aku dan Ani, ada yang bertiga, dan ada yang berkelompok. Pokoknya kami pergi tidak bersama dengan kelompok masing-masing. Sorenya tiba-tiba turun hujan lebat, untungnya kami berombongan sedang ada di museum Candi Prambanan. Seharusnya sore ini kami berencana mengunjungi pasar Malioboro tetapi karena turun hujan agenda yang telah disusun terpaksa diundur.
Sekitar jam 17:30 kami berombongan baru tiba di pasar Malioboro. Awalnya kami pergi sesuai dengan kelompok masing-masing, tetapi hanya bertahan selama beberapa menit setelah itu kami pergi sesuai keinginan masing-masing. Ada yang pergi sendiri, berdua, bertiga, dan rombongan. Bahkan ada temanku yang hampir tersesat, tetapi berhasil ditemukan. Pokoknya sudah kacau tak bisa dikontrol lagi. Di kelompokku sesuai saran dari koordinator kelompok, Pak Lucky tempat yang pertama kali dikunjungi yaitu toko baju. Ternyata harga baju di toko lumayan mahal, aku sama sekali tidak berminat. Aku juga merasa tidak bebas untuk berbelanja. Ketika Pak Lucky menghilang dari pengawasanku daripada mencari keberadaannya lebih baik aku memanfaatkan kesempatan emas ini untuk kabur dan bergabung dengan temanku Ani. Selera Pak Lucky sangat tinggi dia lebih senang berbelanja di toko daripada di emperan jalan.
Di sini banyak barang yang dijual dengan harga murah. Aku pusing mau membeli apa. Ketika sedang asyik berbelanja tiba-tiba aku bertemu dengan Pak Lucky dan mengajak kami untuk sholat maghrib. Ya ampun sudah sejam kami berkeliling tapi tidak menyadari waktu sholat sudah lama masuk. Usai sholat maghrib kami akan melanjutkan kegiatan berbelanja, tetapi Pak Lucky memberitahu bahwa kami sudah ditunggu rombongan lain. Akhirnya, dengan perasaan kecewa kami membatalkan niat untuk melanjutkan berbelanja. Selama di perjalanan kami bertemu dengan Ema dan Sandy tapi mereka berdua menghindar ketika Pak Lucky tidak melihat keberadaan mereka berdua. Aku tahu mereka berdua sengaja menghindar dari Pak Lucky. Berbelanja sambil diperhatikan Pak Lucky itu sangat tidak nyaman. Kemudian di tengah perjalanan kami bertemu dengan Saddam dan segera mengajak untuk mengikuti kami. Tiba-tiba Pak Lucky ingin mengambil gambar di depan benteng yang terkenal di Yogyakarta, aku lupa namanya. Lalu untuk percobaan Pak Lucky mengambil gambar aku dan teman-teman beberapa kali dengan alasan mencari hasil yang bagus. Setelah itu sesuai dugaanku dia meminta Saddam untuk mengambil gambarnya dengan kami di depan benteng. Masih dengan gaya khasnya tanpa gaya dan aksi.
Selanjutnya kami mengunjungi alun-alun keraton, disana sedang ada acara sejenis festival. Sungguh malam yang menyenangkan semua beban selama menjalani kuliah hilang tanpa bekas. Setelah puas menikmati malam yang indah di keraton, kami pulang ke basecamp menggunakan delman. Agenda selanjutnya yaitu bertukar kado, selama di pasar Malioboro kami semua diberi jatah uang untuk membeli kado dan malam ini saatnya kami akan memberi kado yang telah dibeli kepada penerima. Ada hal unik yang terjadi yaitu ketika Ema memberi kado kepada Pak Lucky ternyata Ema mendapat kado dari Pak Lucky. Sontak kami heboh karena ini benar-benar kebetulan. Setelah semua mendapatkan kado kini tibalah agenda terakhir yaitu pemutaran video kelas. Semua larut dalam kesedihan karena kami semua akan pindah kelas lagi.
Esoknya sebelum pulang kami melanjutkan lagi berbelanja di pasar Malioboro. Setelah puas berbelanja aku dan Ani ingin membeli oleh-oleh kue bakpia ternyata teman-teman yang lain juga ingin membeli. Ketika kami hendak pergi membeli ada warga yang berbaik hati memberitahu kami keberadaan toko yang menjual kue bakpia dengan harga murah. Akhirnya kami mengikuti saran dari warga itu. Aku, Ani, Ema, Sandy, Bu Eta, dan Pak Lucky berangkat ke toko tersebut sambil ditemani warga itu sebagai penunjuk jalan. Setibanya di toko, lagi-lagi Pak Lucky berulah ketika kami semua sibuk memilih dan membeli dalam jumlah banyak dia menyindir kami “Wah borong nih!!!” Tidak lama kemudian Pak Lucky juga membeli bakpia dalam jumlah yang banyak. Bukan hanya itu saja dia lebih memilih yang baru diangkat dalam oven daripada yang telah disediakan di tempat-tempat.
Setelah itu kami pulang menggunakan kereta api lagi dan selama di perjalanan kami lebih banyak diam dan istirahat karena kelelahan. Pagi harinya tanpa sempat belajar kami harus mengikuti placement test. Beberapa dari kami ada yang ketiduran dan untungnya aku tidak ketiduran. Akhirnya semester dua telah tiba dan aku mendapat kelas, dosen, tutor, dan teman baru. Aku sangat senang setelah mengetahui dosen mata kuliah komputer di kelasku bukan Pak Lucky. Aku tidak membencinya hanya saja aku merasa bosan jika Pak Lucky lagi. Aku juga ingin merasakan diajar oleh dosen yang lain. Ternyata ini hanya bertahan selama dua bulan ketika terjadi perubahan susunan dosen di mata kuliah komputer. Dosen mata kuliah komputer untuk kelasku diganti dan betapa terkejutnya aku setelah mengetahui siapa pengganti dosen untuk kelasku? Siapa lagi kalau bukan Pak Lucky. Meskipun hanya untuk sementara tetapi aku tetap tidak menyetujui keputusan ini.
Selama kami diajar oleh Pak Rizal kami selalu merasa senang dan tidak mengkhawatirkan dengan nilai karena dia akan menjamin nilai kami bagus selama mematuhi aturan yang berlaku. Tugas yang diberikan tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan kelas lain yang diajar oleh Pak Lucky. Mereka memiliki banyak tugas yang lumayan berat sehingga mereka ada yang kekurangan tidur. Sebenarnya itu sudah hal yang biasa bagi seorang mahasiswa tapi, aku kasihan sama mereka. Namun, kelebihan mereka daripada kami yaitu setidaknya mereka mendapatkan materi lebih banyak dan berguna untuk mereka kelak daripada kelasku.
UTS (Ujian Tengah Semester) telah berlalu kini dosen mata kuliah komputer di kelasku bukan Pak Rizal lagi dan sudah diganti dengan Pak Lucky. Apa yang aku takutkan akhirnya terjadi juga. Walaupun Pak Lucky mengetahui bahwa kami tidak ingin diajar oleh dia, tapi dia menganggap ini sebuah tantangan. Sehingga mau tidak mau kami harus menerima kenyataan. Sebenarnya materi yang tersisa di semester ini sedikit, tapi ada satu materi yang lumayan berat. Pada materi itu kami diberi tugas oleh Pak Lucky untuk membuat suatu permainan dan hanya diberi waktu tiga minggu. Meskipun itu tugas kelompok tapi banyak sekali hambatan yang harus dialami kelompokku. Pertama semua anggota di kelompokku tidak memiliki laptop padahal tanpa ada laptop bagaimana caranya kami bisa menyelesaikan tugas itu. Kedua sayangnya di kelompokku tidak ada yang memiliki kemampuan di bidang programming. Pak Lucky pernah mengatakan bahwa aplikasi programming yang digunakan untuk membuat tugas itu termasuk jenis aplikasi yang mudah digunakan karena anak-anak tingkat sekolah dasar banyak yang bisa menggunakannya. Hasilnya bisa ditebak permainan kelompokku kurang bagus jika dibandingkan dengan kelompok lain. Kemudian kehebatan manusia ketika berada dalam suasana mendesak terjadi di kelompokku. Di sisa waktu yang tinggal beberapa hari lagi akhirnya, kami bisa menyelesaikan tugas itu tepat waktu meskipun ketika dipresentasikan Pak Lucky berhasil membuat kami merasa gugup dan pusing menjawab pertanyaannya. Bukan hanya di kelompokku saja yang mengalaminya tapi di kelompok lain juga.
Tidak terasa waktu bergulir dengan cepat kini semester tiga telah di depan mata. Hasil belajar di semester dua telah keluar. Konsultasi dengan dosen pembimbing telah dilakukan. Alhamdulillah, aku mendapat IPK yang lumayan bagus sehingga aku bisa mengambil 24 SKS. Namun, ketika melihat KRS (Kartu Rencana Studi) punyaku mata kuliah yang pertama kali kulihat adalah komputer. Di sana tertulis nama dosen yang tidak ingin kutemui lagi. Dia adalah Pak Lucky. Aduh… badanku mendadak lemas dan pikiranku sudah terbayang apa yang akan kualami nanti. Aku hanya bisa berpikir positif bahwa ini adalah keputusan yang terbaik untukku. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada di diri Pak Lucky dia tetaplah dosenku dan juga seorang manusia yang selalu berbuat salah. Dibalik semua pengalaman yang kualami dengan Pak Lucky ini akan menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan selama menempuh pendidikan di kampus ini. Sekarang aku merasa hidupku menderita karena harus bertemu lagi dengan Pak Lucky di mata kuliah komputer, tapi setelah tamat dari sini aku akan merasakan manfaat ilmu yang diberikan oleh Pak Lucky. Aku yakin semua yang dilakukan Pak Lucky kepada mahasiswanya meskipun banyak yang tidak menyukainya itu semata-mata untuk kebaikan kami sendiri. Jadi, jangan pernah sekalipun membenci apa yang tidak disukai karena boleh jadi itu jauh lebih baik daripada apa yang disukai.
Cerpen Karangan: Venny06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar