Waktu tak terasa bergulir dengan cepat. Entah mengapa menurutku waktu
itu sebuah misteri karena jika dinanti terasa lambat dan sebaliknya
jika tidak dihiraukan terasa cepat. Yah… seperti sekarang ini
alhamdulillah aku sudah menempuh pendidikan di salah satu SMA negeri di
kota Palembang selama tiga tahun. Pada hari ini banyak air mata dan tawa
kebahagiaan mewarnai di setiap penjuru sekolah maupun warnet (warung
internet) baik di dekat sekolah maupun rumah. Aku mengucapkan rasa
syukur kepada Allah ketika melihat namaku di alamat website hasil UN
2012 sebagai salah satu pelajar yang lulus. Sepertinya baru kemarin aku
mendaftar masuk SMA dan mengikuti MOS, sekarang aku sudah menyandang
status sebagai alumni.
Usai melihat hasil UN aku harus mempersiapkan diri dan bekal untuk
menempuh pendidikan di universitas. Sebelum UN berlangsung aku dan
beberapa temanku telah diterima di sebuah universitas yang didirikan
oleh salah satu ilmuwan fisika ternama di Indonesia. Lokasi universitas
itu berada di daerah Serpong. Direncanakan aku dan teman-temanku akan
berangkat dari Palembang ke Serpong seminggu setelah lebaran. Wuiiihh
tidak sabar aku menantinya. Aku sudah membayangkan akan bertemu dengan
dosen-dosen yang hebat karena hampir semuanya merupakan lulusan dari
luar negeri. Kemudian tinggal di asrama dengan fasilitas yang lengkap.
Lalu bisa memunyai teman-teman dari berbagai provinsi di Indonesia
khususnya dari Papua.
Hari yang dinantikan pun tiba. Aku dan teman-teman dari Palembang
lainnya yang berkumpul di kantor diknas. Kami semua mendapat pengarahan
dari kepala dinas. Intinya selama di sana kami harus menjaga nama baik
daerah, diri, dan sikap. Bagaimanapun juga disana kami akan hidup
mandiri jauh dari pengawasan orang tua dan bertemu dengan orang asing.
Semua yang hadir di diknas adalah mereka yang berangkat menggunakan bus
termasuk juga aku. Sedangkan yang menggunakan pesawat ada yang sudah
berangkat dan ada yang belum. Tepat pukul 10:00 bus yang mengantar kami
berangkat meninggalkan keluarga, teman-teman, dan kota Palembang
tercinta. Selama dalam perjalanan aku banyak merenung.
Sebenarnya aku hanya ikut-ikutan saja dengan teman-teman lainnya
ingin masuk ke kampus ini karena aku khawatir tidak lulus SNMPTN 2012
dan hanya bisa masuk universitas swasta. Rencananya aku ingin masuk
POLTEKKES. Jujur aku bingung mau masuk universitas yang mana. Dari
kampus yang biasa-biasa saja hingga kampus yang terkenal telah melakukan
promosi di sekolah. Akhirnya, aku memutuskan berjuang bersama 1000
lebih peserta lainnya untuk bisa diterima di universitas yang berlokasi
di Serpong. Ada rasa khawatir akan gagal karena persaingannya cukup
ketat. Bayangkan dari 1000 lebih peserta hanya menerima 98 peserta.
Wuiiihhh… gila kan. Alhamdulillah aku diterima berkat ridho Allah, doa
dan pertolongan dari orang tua. Aku senang sekali. Ini semua di luar
dugaan karena sejak awal aku tidak pernah terpikirkan akan kuliah di
kampus ini dan hidup merantau. Dari sini Allah telah menunjukkan
kekuasaan-Nya kepadaku bahwa semua keinginanku belum tentu baik dan
Allah telah memberi penggantinya yang jauh lebih baik.
Setelah menempuh perjalanan selama sehari semalam, keesokan harinya
kami telah tiba di asrama masing-masing. Asrama puteri di Paulus
sedangkan asrama putera di Illago. Setelah menentukan kamar dan teman
sekamar selanjutnya kami harus menyelesaikan administrasi di kampus.
Hari ini cukup melelahkan dan masih ada yang merasa sedih karena
berpisah dengan keluarga tercinta di Palembang. Kegiatan di hari pertama
yaitu bersih-bersih dan berbelanja kebutuhan sehari-hari. Dalam waktu
sekejap banyak uang yang harus dikeluarkan seperti membeli peralatan
kebersihan, belanja, dan membeli makanan. Penghuni di asrama puteri ada
yang berasal dari Belitung Timur, Palembang, Kupang, dan Papua. Namun,
penghuni dari Papua lebih mendominasi dari segi kuantitas. Ini adalah
pengalaman pertama bertemu langsung dengan orang timur Indonesia. Aku
begitu takut melihat mereka kupikir mereka kurang bersahabat karena
budaya mereka yang begitu keras sangat berbeda dengan budaya di
daerahku.
Hari selanjutnya pelaksanaan OSPEK yang harus dijalani oleh mahasiswa
baru. Peserta OSPEK tahun ini berasal dari berbagai daerah selain dari
Palembang ada yang berasal dari Kalimantan Tengah dan Papua. Selain itu
ada kakak tingkat dari Kupang dan Belitung timur karena mereka belum
mengikuti OSPEK di tahun kemarin. Kegiatan OSPEK di kampus ini
berlangsung lancar dan cukup berkesan. Ada kejadian unik yang kualami
selama kegiatan OSPEK berlangsung. Pada hari pertama panitia OSPEK
memberi tugas kepada kami untuk meminta biodata dan tanda tangan kepada
peserta OSPEK lainnya yang tidak sedaerah selama pelaksanaan OSPEK dan
diberi batas minimal tanpa pengulangan. Jumlah peserta OSPEK dari Papua
sangat banyak dan aku belum bisa membedakan wajah mereka antara yang
satu dengan lainnya karena bentuk wajah mereka menurutku sama seperti
mata, hidung, bibir, dan warna kulit. Rambut mereka juga sama yaitu
keriting mendekati kribo. Jadi, usai pelaksanaan OSPEK aku terkejut
melihat hasil tugasku. Ada beberapa nama mengalami pengulangan. Satu
nama bisa berulang sebanyak dua atau tiga kali. Ya ampuuunnn…
Di kampus ada satu nama dosen yang cukup unik. Mengapa? Karena dia
sangat eksis di jejaring sosial dan di kalangan mahasiswa khususnya
seangkatan denganku dia terkenal dengan tugas-tugas dan soal ulangan
yang bisa bikin kami gigit jari. Dia merupakan salah satu dosen mata
kuliah komputer di kampus ini. Dia juga merupakan lulusan terbaik di
kampusnya dan tamatan S3 di salah satu universitas yang ada di negeri
sakura. Anehnya meskipun termasuk orang pintar dalam hal akademik tapi
memiliki sikap yang terkadang menjengkelkan. Biasanya kami sering
memanggilnya Pak Lucky. Pak Lucky itu sangat kepo di jejaring sosial.
Entah itu bentuk perhatian dosen dengan mahasiswa atau dampak dari masa
mudanya yang banyak dihabiskan dengan belajar. Intinya hampir setiap
mahasiswa sangat “segan” dengan bapak itu apalagi kalau sudah diberi
tugas. Walaupun begitu ada satu kebaikan dari dirinya yaitu Pak Lucky
sering menasihati kami untuk bisa menjadi mahasiswa sukses seperti
dirinya dan menceritakan pengalamannya sebagai mahasiswa. Sehingga ada
banyak pelajaran yang bisa kami ambil dari pengalaman dia.
Awal pertemuanku dengannya ketika dosen mata kuliah komputer di
kelasku yang semula dipegang oleh Bu Sukma diganti dengan Pak Lucky. Di
hari pertama pertemuan aku terkejut karena dosen yang hadir seorang
laki-laki bukan perempuan (ketika itu aku belum tahu ada penggantian
dosen). Kesanku di hari pertama kupikir dia merupakan dosen yang serius
dan menyeramkan. Di hari pertama kami sudah diberi tugas dan minggu
depan sudah dikumpul. Cukup menegangkan. Pada pertemuan selanjutnya
hasil penilaian tugas diumumkan. Dengan tampang yang serius dia
memanggil nama Dita dan Ema. Mendengar namanya dipanggil Dita dan Ema
sedikit ketakutan (trauma masa SMA jika ada kesalahan maka guru akan
memanggil nama yang bersangkutan lalu diberi hukuman) maju ke depan
menemui Pak Lucky. Mereka berpikir bahwa mereka telah melakukan
kesalahan dan akan menerima hukuman. Lalu Pak Lucky bertanya, ”Apakah
kemarin kalian belajar?” Dengan kompak mereka menjawab, ”Iya, Pak.”
Kemudian Pak Lucky menanyakan kepada mereka kapan dan dimana mereka
belajar secara detail. Aduh… semua teman-temanku panik karena mereka
banyak yang belum belajar. Aku juga ikut panik bukan karena tidak
belajar (untunglah beberapa hari ini aku belajar walau hanya membaca
buku modul) melainkan bingung menyusun jawaban yang tepat.
Tanpa kuduga sebelumnya namaku dan Wahda juga dipanggil. Deg… sambil
menelan ludah aku maju ke depan. Lalu Pak Lucky menanyakan kami dengan
pertanyaan yang sama ”Apakah kemarin kalian belajar?” Aku menjawab
sesuai dengan jawaban yang telah kubuat sebelumnya tanpa ada unsur
kebohongan. Setelah Pak Lucky puas menginterogasi kami dengan
pertanyaan-pertanyaan yang menyelidik dia kembali memanggil Dita dan Ema
sedangkan kami masih berdiri di depan kelas. Cukup lama kami terdiam
tanpa mengetahui hukuman yang akan kami terima. Ternyata dengan ekspresi
muka yang berubah 180 derajat nama kami satu per satu disebut beserta
nilai tugas kami yang memuaskan. Pak Lucky mengucapkan selamat kepada
kami sambil tersenyum karena berhasil memperoleh nilai yang bagus. Kami
bingung tidak mengerti maksud dari tindakan Pak Lucky yang tidak jelas
atau GJ (Gak Jelas). Tadi seperti mau marah sekarang malah tersenyum
sendiri. Sejak itulah aku baru tahu kalau dosen ini sedikit berbeda
dengan dosen pada umumnya.
Setiap pertemuan selesai kami selalu pulang dengan muka sedih, kesal,
dan kecewa. Setiap pertemuan kami diharuskan mengerjakan kuis dengan
tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Pak Lucky bilang nilai kuis itu
akan membantu mendongkrak nilai kami. Jadi, maksud dari diadakan kuis
setiap pertemuan supaya kami mau belajar. Niat yang baik tapi membuat
kami sedih terus melihat hasil yang kurang memuaskan. Aku dan
teman-temanku berpikir sepertinya dia senang melihat kami menderita. Ini
hanya pendapat dan belum sepenuhnya benar. Pertanyaan kuis yang
dibuatnya penuh jebakan dan sedikit alay. Kami harus teliti untuk
menjawabnya. Jika waktu telah habis kami harus bergegas
menyelesaikannya. Pak Lucky beralasan kami harus terbiasa dengan
kehidupan mahasiswa yang sangat berbeda dengan kehidupan sekolah.
Teman-temanku yang berasal dari Papua bahkan ada yang benci dengannya,
tapi aku berusaha menasihatinya untuk tidak membencinya. Aku harap
maklum karena dia tidak terbiasa dengan metode belajar Pak Lucky yang
cukup ekstrim.
Awalnya aku tidak berniat berteman dengan Pak Lucky di jejaring
sosial karena teman-temanku yang sudah berteman dengannya pernah bilang
bahwa jejaring sosial kalian akan di-kepo-in, jadi tidak aman kalau
meng-update status yang galau atau sedih. Namun, entah mengapa aku malah
nekat mengirim pertemanan dengan Pak Lucky tepat di hari pembukaan UKM
bela diri terbaru di kampus -pembina UKM itu yaitu Pak Lucky-. Sejak
saat itu jejaring sosial milikku selalu di-kepo-in oleh Pak Lucky. Ingin
kubatalkan pertemanan tetapi tidak enak hati dengan Pak Lucky, nanti
dianggap mahasiswa yang kurang ajar. Selain UKM bela diri ada juga UKM
Budaya Jepang yang pembinanya sama yaitu Pak Lucky. Pernah aku ikut UKM
Budaya Jepang tapi memutuskan berhenti karena aku tidak sanggup
menghafal huruf hiragana dan huruf katakana yang berjumlah sangat
banyak. Selama empat bulan aku tidak terlalu akrab dengan Pak Lucky
seperti Dita dan kawan-kawannya. Mereka sangat dekat sekali dengan Pak
Lucky setelah menjadi anggota UKM Budaya Jepang. Aku tidak terlalu suka
dengan sikap Pak Lucky yang tidak seperti dosen lainnya.
Awal pertengahan semester, anggota UKM Budaya Jepang sedang mencari
anggota baru. Aku termasuk salah satu sasaran mereka. Mereka bilang
kalau yang mengajar bukan Pak Lucky tapi mereka, lalu belajar bahasa
Jepang mengulang lagi dari awal, dan akan mendapat sertifikat sebagai
tanda telah mengikuti UKM ini. Kemudian aku tertarik bergabung dengan
mereka. Sejak saat itu aku semakin sering bertemu dengan Pak Lucky.
Pertemuan pertama di kegiatan UKM ini berjalan lancar dan sesuai dengan
yang dijanjikan oleh Dita cs. Mereka yang sudah terlebih dahulu
bergabung di UKM ini menjadi pengajar kami. Pak Lucky hanya duduk di
belakang sambil memerhatikan kegiatan kami seperti seorang pengawas.
Namun, seiring waktu bergulir Pak Lucky mengambil alih lagi menjadi
pengajar karena mereka belum sukses menyampaikan materi sesuai target
yang telah ditentukan. Pak Lucky memiliki kemampuan mengajar dengan
cepat. Dari sekian banyak materi yang telah disampaikan hanya beberapa
materi yang berhasil melekat di otakku selebihnya menguap di udara.
Teman-temanku yang baru bergabung dan tidak terbiasa belajar dengan
metode pembelajaran Pak Lucky lebih parah. Mereka semakin tidak
mengerti, semakin malas, dan akhirnya memutuskan berhenti dari UKM ini.
Meskipun aku sudah membujuk mereka untuk tetap bertahan, tapi keinginan
mereka untuk berhenti tak mampu kuhentikan. Anehnya aku masih bertahan
dan mencoba mempertahankan komitmen untuk tetap setia dengan UKM ini.
Ada satu hal unik lagi dari Pak Lucky yaitu dia memiliki kemampuan
berjalan sangat cepat mungkin sudah menjadi kebiasaan ketika masih
sekolah di Jepang dulu. Waktu itu UKM Budaya Jepang mengadakan
jalan-jalan ke kampus Pak Lucky dulu ketika dia menempuh pendidikan S1.
Kampus itu sungguh luas dan asri. Hmmm… kupikir lahan kampus ini bisa
didirikan perumahan. Rombongan yang mengikuti jalan-jalan ini tidak ada
satu pun yang membawa kendaraan, jadi kami harus berjalan kaki untuk
mengelilingi semua tempat yang ada di kampus ini. Jika berjalan kaki
dengan santai itu tidak menjadi masalah, tapi kami harus mengimbangi
kecepatan Pak Lucky berjalan. Sedikit saja lengah kami bisa tertinggal.
Setelah puas berjalan-jalan bisa dipastikan kaki kami terasa pegal dan
badan mengalami kelelahan. Setelah itu kami juga harus membuat catatan
di jejaring sosial mengenai kesan dan pesan dari acara jalan-jalan
santai itu. Aku baru tahu tujuan dia mengelilingi kampus dengan berjalan
cepat supaya kami tidak ketinggalan angkot terakhir menuju lokasi
asrama kami.
Aku dan teman-teman sekelas sudah lama menyusun rencana berlibur ke
Yogyakarta. Bukti keseriusan kami adalah dari berjualan cokelat dan
boneka miniatur. Hasil keuntungan penjualan itu akan digunakan untuk
menambah modal dari uang kas untuk berlibur ke Yogyakarta. Selain aku
dan teman-teman, dosen dan tutor kelas kami juga ikut. Ketika Pak Lucky
ditawari untuk ikut dia bersikap seolah-olah tidak mau ikut dengan
alasan sibuk. Beberapa hari kemudian, Pak Lucky berubah pikiran dan
menyetujui untuk bergabung dengan syarat dia ingin menginap di hotel
karena kami menginap di tempat penginapan dan tidak mengikuti acara inti
yang akan dilaksanakan di malam terakhir. Salah satu kegiatan yang akan
dilakukan disana selain jalan-jalan yaitu bertukar kado. Kami akan
memilih penerima kado secara acak dengan cara mengambil gulungan kertas
di dalam wadah. Rencana awal Pak Lucky tidak mengikuti acara bertukar
kado sehingga kami melakukan pemilihan tanpa kehadiran dia. Dua minggu
kemudian terjadi perubahan rencana Pak Lucky berminat mengikuti acara
bertukar kado dan batal menginap di hotel sehingga kami harus melakukan
pemilihan ulang. Padahal aku sudah senang penerima kadoku adalah teman
dekatku. Setelah dilakukan pemilihan ulang aku mendapat nama teman pria
dan aku tidak terlalu dekat dengannya. Sungguh mengecewakan. Seandainya
saja dari awal Pak Lucky memang ingin ikut tidak akan terjadi pemilihan
ulang.
Selain itu kami juga dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap
kelompok memiliki koordinator yang telah ditentukan. Sialnya,
koordinator kelompokku yaitu Pak Lucky. Dia hanya tersenyum saja melihat
sikapku seperti pelajar mendapat hasil ulangan jelek. Mengapa harus di
kelompokku? Mengapa tidak menjadi koordinator di kelompokk Dita cs?
Mereka kan sudah dekat dengan dia sedangkan aku tidak. Berbagai
pertanyaan penolakan memenuhi pikiranku. Tidak bisa kubayangkan apa lagi
yang akan dilakukan Pak Lucky sehingga membuat aku stress. Salah satu
agenda kegiatan kami yaitu berjalan dari malioboro ke alun-alun keraton.
Jarak yang harus ditempuh lumayan jauh. Jika berjalan menyusuri jalan
Malioboro dengan kecepatan penuh maka kakiku bisa pegal dan betisku juga
akan semakin membesar. Namun, aku harus tetap berpikir positif dan
mencoba menerima kenyataan meskipun pahit. Walau bagaimanapun juga dia
tetap dosenku yang harus kuhormati.
Awal bulan Maret aku dan rombongan berangkat ke Yogyakarta
menggunakan jasa kereta api kelas ekonomi. Rombongan terdiri dari Pak
Lucky, Bu Eta, Bu Vista, Pak Slamet, dan mahasiswa di kelasku. Selama
dalam perjalanan keakraban antara dosen, tutor, dan mahasiswa terjalin.
Kami sebagai teman sekelas semakin mengenal satu sama lain. Walaupun
salah satu dosen kami batal ikut dan digantikan dengan tutor lain tapi
itu tidak menyurutkan kegembiraan kami untuk berlibur. Bukan hanya itu
aku semakin tahu sisi lain dari Pak Lucky dan sejak saat itu aku semakin
dekat dengan dosenku itu seperti Dita cs. Ketika aku sedang bercanda
ria dengan beberapa teman yang posisi duduk mereka berseberangan dengan
posisi aku duduk tiba-tiba Pak Lucky berpindah posisi dari tempat duduk
awal ke tempat duduk temanku itu. Teman duduk Pak Lucky sudah tidur
jadi dia tidak ada teman yang bisa diajak bicara. Setelah puas bercerita
dan bercanda beberapa dari kami sudah ada yang tidur termasuk Pak
Lucky. Aku dan teman-teman tertawa melihat gaya tidur Pak Lucky seperti
pasukan dalam keadaan siap di barisan tanpa bergerak sedikitpun sama
seperti ketika dia berfoto tanpa ekspresi dan aksi.
Hari pertama di Yogyakarta sesuai agenda kami akan mengunjungi Candi
Prambanan tetapi hanya melihat saja dari luar pagar. Namun, di luar
dugaan kami bisa membeli tiket masuk dengan promo harga mahasiswa
(hahaha ini nih salah satu keuntungan menjadi mahasiswa). Hari ini kami
semua memakai kaos kelas kecuali Pak Lucky. Dia beralasan dia tidak
merasa nyaman memakainya sebagai penggantinya dia hanya memakai kaos
olahraga berwarna biru seperti warna kaos kelas kami. Sesuai perkiraanku
pembentukan kelompok yang telah disusun tidak efektif. Selama di sana
kami pergi dengan teman masing-masing. Ada yang berdua seperti aku dan
Ani, ada yang bertiga, dan ada yang berkelompok. Pokoknya kami pergi
tidak bersama dengan kelompok masing-masing. Sorenya tiba-tiba turun
hujan lebat, untungnya kami berombongan sedang ada di museum Candi
Prambanan. Seharusnya sore ini kami berencana mengunjungi pasar
Malioboro tetapi karena turun hujan agenda yang telah disusun terpaksa
diundur.
Sekitar jam 17:30 kami berombongan baru tiba di pasar Malioboro.
Awalnya kami pergi sesuai dengan kelompok masing-masing, tetapi hanya
bertahan selama beberapa menit setelah itu kami pergi sesuai keinginan
masing-masing. Ada yang pergi sendiri, berdua, bertiga, dan rombongan.
Bahkan ada temanku yang hampir tersesat, tetapi berhasil ditemukan.
Pokoknya sudah kacau tak bisa dikontrol lagi. Di kelompokku sesuai saran
dari koordinator kelompok, Pak Lucky tempat yang pertama kali
dikunjungi yaitu toko baju. Ternyata harga baju di toko lumayan mahal,
aku sama sekali tidak berminat. Aku juga merasa tidak bebas untuk
berbelanja. Ketika Pak Lucky menghilang dari pengawasanku daripada
mencari keberadaannya lebih baik aku memanfaatkan kesempatan emas ini
untuk kabur dan bergabung dengan temanku Ani. Selera Pak Lucky sangat
tinggi dia lebih senang berbelanja di toko daripada di emperan jalan.
Di sini banyak barang yang dijual dengan harga murah. Aku pusing mau
membeli apa. Ketika sedang asyik berbelanja tiba-tiba aku bertemu dengan
Pak Lucky dan mengajak kami untuk sholat maghrib. Ya ampun sudah sejam
kami berkeliling tapi tidak menyadari waktu sholat sudah lama masuk.
Usai sholat maghrib kami akan melanjutkan kegiatan berbelanja, tetapi
Pak Lucky memberitahu bahwa kami sudah ditunggu rombongan lain.
Akhirnya, dengan perasaan kecewa kami membatalkan niat untuk melanjutkan
berbelanja. Selama di perjalanan kami bertemu dengan Ema dan Sandy tapi
mereka berdua menghindar ketika Pak Lucky tidak melihat keberadaan
mereka berdua. Aku tahu mereka berdua sengaja menghindar dari Pak Lucky.
Berbelanja sambil diperhatikan Pak Lucky itu sangat tidak nyaman.
Kemudian di tengah perjalanan kami bertemu dengan Saddam dan segera
mengajak untuk mengikuti kami. Tiba-tiba Pak Lucky ingin mengambil
gambar di depan benteng yang terkenal di Yogyakarta, aku lupa namanya.
Lalu untuk percobaan Pak Lucky mengambil gambar aku dan teman-teman
beberapa kali dengan alasan mencari hasil yang bagus. Setelah itu sesuai
dugaanku dia meminta Saddam untuk mengambil gambarnya dengan kami di
depan benteng. Masih dengan gaya khasnya tanpa gaya dan aksi.
Selanjutnya kami mengunjungi alun-alun keraton, disana sedang ada
acara sejenis festival. Sungguh malam yang menyenangkan semua beban
selama menjalani kuliah hilang tanpa bekas. Setelah puas menikmati malam
yang indah di keraton, kami pulang ke basecamp menggunakan delman.
Agenda selanjutnya yaitu bertukar kado, selama di pasar Malioboro kami
semua diberi jatah uang untuk membeli kado dan malam ini saatnya kami
akan memberi kado yang telah dibeli kepada penerima. Ada hal unik yang
terjadi yaitu ketika Ema memberi kado kepada Pak Lucky ternyata Ema
mendapat kado dari Pak Lucky. Sontak kami heboh karena ini benar-benar
kebetulan. Setelah semua mendapatkan kado kini tibalah agenda terakhir
yaitu pemutaran video kelas. Semua larut dalam kesedihan karena kami
semua akan pindah kelas lagi.
Esoknya sebelum pulang kami melanjutkan lagi berbelanja di pasar
Malioboro. Setelah puas berbelanja aku dan Ani ingin membeli oleh-oleh
kue bakpia ternyata teman-teman yang lain juga ingin membeli. Ketika
kami hendak pergi membeli ada warga yang berbaik hati memberitahu kami
keberadaan toko yang menjual kue bakpia dengan harga murah. Akhirnya
kami mengikuti saran dari warga itu. Aku, Ani, Ema, Sandy, Bu Eta, dan
Pak Lucky berangkat ke toko tersebut sambil ditemani warga itu sebagai
penunjuk jalan. Setibanya di toko, lagi-lagi Pak Lucky berulah ketika
kami semua sibuk memilih dan membeli dalam jumlah banyak dia menyindir
kami “Wah borong nih!!!” Tidak lama kemudian Pak Lucky juga membeli
bakpia dalam jumlah yang banyak. Bukan hanya itu saja dia lebih memilih
yang baru diangkat dalam oven daripada yang telah disediakan di
tempat-tempat.
Setelah itu kami pulang menggunakan kereta api lagi dan selama di
perjalanan kami lebih banyak diam dan istirahat karena kelelahan. Pagi
harinya tanpa sempat belajar kami harus mengikuti placement test.
Beberapa dari kami ada yang ketiduran dan untungnya aku tidak ketiduran.
Akhirnya semester dua telah tiba dan aku mendapat kelas, dosen, tutor,
dan teman baru. Aku sangat senang setelah mengetahui dosen mata kuliah
komputer di kelasku bukan Pak Lucky. Aku tidak membencinya hanya saja
aku merasa bosan jika Pak Lucky lagi. Aku juga ingin merasakan diajar
oleh dosen yang lain. Ternyata ini hanya bertahan selama dua bulan
ketika terjadi perubahan susunan dosen di mata kuliah komputer. Dosen
mata kuliah komputer untuk kelasku diganti dan betapa terkejutnya aku
setelah mengetahui siapa pengganti dosen untuk kelasku? Siapa lagi kalau
bukan Pak Lucky. Meskipun hanya untuk sementara tetapi aku tetap tidak
menyetujui keputusan ini.
Selama kami diajar oleh Pak Rizal kami selalu merasa senang dan tidak
mengkhawatirkan dengan nilai karena dia akan menjamin nilai kami bagus
selama mematuhi aturan yang berlaku. Tugas yang diberikan tidak terlalu
sulit jika dibandingkan dengan kelas lain yang diajar oleh Pak Lucky.
Mereka memiliki banyak tugas yang lumayan berat sehingga mereka ada yang
kekurangan tidur. Sebenarnya itu sudah hal yang biasa bagi seorang
mahasiswa tapi, aku kasihan sama mereka. Namun, kelebihan mereka
daripada kami yaitu setidaknya mereka mendapatkan materi lebih banyak
dan berguna untuk mereka kelak daripada kelasku.
UTS (Ujian Tengah Semester) telah berlalu kini dosen mata kuliah
komputer di kelasku bukan Pak Rizal lagi dan sudah diganti dengan Pak
Lucky. Apa yang aku takutkan akhirnya terjadi juga. Walaupun Pak Lucky
mengetahui bahwa kami tidak ingin diajar oleh dia, tapi dia menganggap
ini sebuah tantangan. Sehingga mau tidak mau kami harus menerima
kenyataan. Sebenarnya materi yang tersisa di semester ini sedikit, tapi
ada satu materi yang lumayan berat. Pada materi itu kami diberi tugas
oleh Pak Lucky untuk membuat suatu permainan dan hanya diberi waktu tiga
minggu. Meskipun itu tugas kelompok tapi banyak sekali hambatan yang
harus dialami kelompokku. Pertama semua anggota di kelompokku tidak
memiliki laptop padahal tanpa ada laptop bagaimana caranya kami bisa
menyelesaikan tugas itu. Kedua sayangnya di kelompokku tidak ada yang
memiliki kemampuan di bidang programming. Pak Lucky pernah mengatakan
bahwa aplikasi programming yang digunakan untuk membuat tugas itu
termasuk jenis aplikasi yang mudah digunakan karena anak-anak tingkat
sekolah dasar banyak yang bisa menggunakannya. Hasilnya bisa ditebak
permainan kelompokku kurang bagus jika dibandingkan dengan kelompok
lain. Kemudian kehebatan manusia ketika berada dalam suasana mendesak
terjadi di kelompokku. Di sisa waktu yang tinggal beberapa hari lagi
akhirnya, kami bisa menyelesaikan tugas itu tepat waktu meskipun ketika
dipresentasikan Pak Lucky berhasil membuat kami merasa gugup dan pusing
menjawab pertanyaannya. Bukan hanya di kelompokku saja yang mengalaminya
tapi di kelompok lain juga.
Tidak terasa waktu bergulir dengan cepat kini semester tiga telah di
depan mata. Hasil belajar di semester dua telah keluar. Konsultasi
dengan dosen pembimbing telah dilakukan. Alhamdulillah, aku mendapat IPK
yang lumayan bagus sehingga aku bisa mengambil 24 SKS. Namun, ketika
melihat KRS (Kartu Rencana Studi) punyaku mata kuliah yang pertama kali
kulihat adalah komputer. Di sana tertulis nama dosen yang tidak ingin
kutemui lagi. Dia adalah Pak Lucky. Aduh… badanku mendadak lemas dan
pikiranku sudah terbayang apa yang akan kualami nanti. Aku hanya bisa
berpikir positif bahwa ini adalah keputusan yang terbaik untukku. Dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang ada di diri Pak Lucky dia tetaplah
dosenku dan juga seorang manusia yang selalu berbuat salah. Dibalik
semua pengalaman yang kualami dengan Pak Lucky ini akan menjadi
pengalaman yang tak akan terlupakan selama menempuh pendidikan di kampus
ini. Sekarang aku merasa hidupku menderita karena harus bertemu lagi
dengan Pak Lucky di mata kuliah komputer, tapi setelah tamat dari sini
aku akan merasakan manfaat ilmu yang diberikan oleh Pak Lucky. Aku yakin
semua yang dilakukan Pak Lucky kepada mahasiswanya meskipun banyak yang
tidak menyukainya itu semata-mata untuk kebaikan kami sendiri. Jadi,
jangan pernah sekalipun membenci apa yang tidak disukai karena boleh
jadi itu jauh lebih baik daripada apa yang disukai.
Cerpen Karangan: Venny06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar